Zaman Rasulullah Pernah Terjadi Gerhana Matahari ?

Gerhana matahari dan gerhana bulan merupakan fenomena alam yang merupakan salah satu tanda-tanda dari kebesaran Allah SWT. Peristiwa gerhana bulan sudah hampir kita bisa saksikan setiap tahunnya, tetapi untuk gerhana matahari tidak setiap tahunnya kita bisa melihatnya. Tercatat Indonesia mendapatkan gerhana matahari terahir adalah sekitar 33 tahun yang lalu. Ini merupakan salah satu peristiwa langka yang jarang kita bisa temukan. Tanggal 9 Maret 2016 nanti, wilayah kita Indonesia akan mendapatkan jatah gerhana matahari total.

Pada zaman Rasulullah peristiwa gerhana matahari ini pun pernah terjadi, tepatnya pada tanggal 28/29 Syawal 10 H atau tanggal 27 Januari 632M (sumber: Tafsir hadits Bulughul Maram karangan Ibnu Hajar Al-‘Asqalani). Pada zaman dulu mengira bahwa peristiwa ini dikarenakan oleh meninggalnya anak dari Nabi Muhammad yang bernama Ibrahim, seperti yang terjelaskan dalam hadits:

Al-Mughirah Ibnu Syu’bah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Pada zaman Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah terjadi gerhana matahari yaitu pada hari wafatnya Ibrahim. Lalu orang-orang berseru: Terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika kalian melihat keduanya berdo’alah kepada Allah dan sholatlah sampai kembali seperti semula.” Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari disebutkan: “Sampai terang kembali.”

Seperti yang telah di jalaskan dalam hadits, gerhana bukan karena kematian atau kehidupan seseorang tapi karena Allah ingin menunjukkan kekuasaan-Nya. Umat muslim di anjurkan untuk berdoa kepada Allah dan melakukan sholat sampai kembali terang. Dalam islam, sholat gerhana matahari bisa disebut juga dengan Sholat Kusuf, sedangkan untuk gerhana bulan disebut dengan Sholat Khusuf. Adapun dalam hadits di jelaskan tuntunan dalam sholat gerhana diantaranya adalah:

Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengeraskan bacaannya dalam sholat gerhana, beliau sholat empat kali ruku’ dalam dua rakaat dan empat kali sujud. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim. Dalam riwayat Muslim yang lain: Lalu beliau menyuruh seorang penyeru untuk menyerukan “Ashshalatu jami’ah” (datanglah untuk sholat berjama’ah)

Adapun detailnya lagi dijelaskan dalam hadits ini:

Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, maka beliau sholat, beliau berdiri lama sekitar lamanya bacaan surat al-Baqarah, kemudian ruku’ lama, lalu bangun dan berdiri lama namun lebih pendek dibandingkan berdiri yang pertama, kemudian ruku’ lama namun lebih pendek dibanding ruku’ yang pertama, kemudian ia bangkit, lalu sujud, kemudian berdiri lama namun lebih pendek dibanding berdiri yang pertama, lalu ruku’ lama namun lebih pendek dibandingkan ruku’ yang pertama, kemudian bangun dan berdiri lama namun lebih pendek dibanding berdiri yang pertama, lalu ruku’ lama namun lebih pendek dibanding ruku’ yang pertama, kemudian beliau mengangkat kepala lalu sujud, kemudian selesailah dan matahari telah terang, lalu beliau berkhutbah di hadapan orang-orang. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.

Dalam suatu riwayat Muslim: Beliau sholat ketika terjadi gerhana matahari delapan ruku’ dalam empat sujud.

Seperti yang telah dijelaskan dalam hadits di atas bahwasanya setelah melakukan sholat, Rasulullah kemudian berdiri untuk khutbah. Khutbah dalam hal ini tentunya yang berisi tentang besarnya kekuasaan Allah yang dapat ditunjukkan salah satunya melalui peristiwa gerhana.

Semoga bermanfaat…

Sanguilmu.com

Photo of author

Thoha Firdaus

Seorang yang suka mengajar, nulis di blog, buat video youtube, mencari hal yang baru.

Facebook Twitter Instagram Youtube

PENTING: Bantu kami memblokir iklan yang berbau sensitif dan pornografi dengan mengirimkan screenshot ke email: mail[et]thoha.id.

Tinggalkan komentar