Penulis: Ahmad Nursidik
Abstrak
Keberhasilan anak dalam kegiatan belajar pada masa usia sekolah sangat dipengaruhi oleh berbagai motivasi, dan salah satu diantaranya adalah motivasi belajar. Dengan motivasi belajar, setiap anak memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut. Motivasi belajar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004), diantaranya adalah budaya sebagai dasar ataupun acuan yang dipegang dari setiap individu untuk berperilaku di lingkungannya, keluarga tempat individu bernanung dan berinteraksi dengan anggota keluarga yang memberikan pengaruh satu dengan lainnya, sekolah atau institusi yang merupakan tempat dimana terjadinya proses pembelajaran, dan kepribadian dari individu tersebut. Pemberian motivasi dari orang tua terhadap Anak Didik, mempunyai tujuan agar pembinaan yang dilakukan pembelajaran memperoleh hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
Kata Kunci: Motivasi belajar, proses pembelajaran, tujuan pembelajaran
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses, yaitu usaha manusia dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan. Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah tidak lepas dari kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok, oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan membutuhkan tenaga pendidik untuk mengadakan proses belajar mengajar dan akhirnya akan tercapai hasil belajar atau prestasi belajar.
Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang dapat menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan-ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan-perubahan tersebut bersifat secara relatif konstan dan bebas (Winkel, 1991: 36).
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan percobaan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, ketrampilan, perkenalan dan pertumbuhan jasmaniah (Hamalik, 1993: 62).
Dalam kegiatan belajar yang berlangsung, tidak sedikit anak didik akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya, hambatan-hambatan itulah yang dimaksud dengan kendala yang menghambat proses tercapainya tujuan belajar. Kendala yang dialami siswa bermacam-macam antara individu yang satu dengan yang lain berbeda, baik macam maupun bobotnya.
Kegiatan dan proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini harus bekerja sama dan saling mendukung untuk hasil yang maksimal dalam membentuk kepribadian seorang anak yang baik dan sholeh.
Keberhasilan proses belajar sebagian dipengaruhi oleh peran orang tua. Dalam keluarga anak mulai mengadakan interaksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya, terutama dengan orang tuanya, yaitu ayah dan ibu. Melalui interaksi anak dengan orang tua, akan terbentuklah gambaran-gambaran tertentu mengenai anaknya. Dengan adanya gambaran-gambaran tertentu tersebut sebagai hasil persepsinya, maka akan terbentuklah sikap-sikap tertentu pada masing-masing pihak. Bagi orang tua anak sebagai objek sikap, sebaliknya bagi anak orang tua juga sebagai objek sikap. Pada anak akan terbentuk sikap tertentu terhadap orang tuanya, sebaliknya pada orang tua akan terbentuk sikap tertentu pada anaknya.
Berkaitan dengan hal tersebut orang tua harus bijaksana, menyadari dengan baik akan posisinya sebagai orang tua, perlu memberi contoh yang baik, satunya kata dengan perbuatan, dan hal-hal lain yang baik, karena orang tua akan dijadikan model bagi pembentukan sikap anak. Orang tua harus bersikap ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ing ngarsa sung tuladha, berarti orang tua harus mampu menjadikan dirinya sebagai contoh/ panutan bagi anak-anaknya. Ing madya mangun karsa, berarti orang tua harus dapat membangkitkan semangat/ memberikan dorongan kepada anak-anaknya. Tut wuri handayani, berarti orang tua harus dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk ikut berperan serta, untuk mengambil inisiatif, untuk tampi di depan, untuk melatih mandiri dan bertanggung jawab.
PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian dalam pendahuluan tersebut timbul suatu masalah yaitu:
- Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar anak dalam pembelajaran fisika.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi peran orang tua dalam mengatasi kesulitan belajar anak dalam pembelajaran fisika..
PEMBAHASAN
Pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan SMA. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai pokok bahasan dalam fisika.
Selama ini berdasarkan pengalaman penulis di lapangan sikap siswa terhadap pelajaran fisika masih sangat kurang antusias. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Yusuf ( 2004 : 69 ) faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar anak dalam pembelajaran fisika
- Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu.
- Faktor Jasmaniah
Sebagai pelajar, hal yang tidak boleh diabaikan yaitu kesehatan. Semua yang telah direncanakan, semua yang telah diprogramkan dan dijadwalkan, akan berantakan kalau kesehatan terganggu. Tidak ada yang bisa dilakukan kalau tiba-tiba jatuh sakit. Karena itu jagalah stamina dan berusaha untuk hidup sehat. Ingat juga, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat dan otak yang cerdas.
- Faktor Psikologis
- a) Perasaan Hati
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar bagi Anak, berkaitan dengan kurang mendukungnya perasaan hati unutuk belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada yang tidak suka mata pelajaran fisika karena terlalu banyak rumus.
Hal ini akan mempengaruhi proses belajar bagi Anak dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut.
- b) Kosentrasi
Kosentrasi yang dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian Anak pada suatu situasi belajar fisika. Di dalam kosentrasi ini, keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian” sekedarnya.
- c) Kecerdasan Emosional (EQ)
Salah satu faktor penting berpengaruh dalam keberhasilan belajar Anak adalah emosi. Hasil penelitian psikologi kontemporer menunjukkan bahwa disamping adanya faktor yang berhasil dari IQ (intelligence quotient), ternyata belajar dan prestasi sangat ditentukan oleh kecerdasan emosi Anak.
Dalam kehidupan banyak sekali masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan semata dengan menggunakan kemampuan intelektual. Dengan kata lain, kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam mencapai keberhasilan belajar.
- Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar Anak, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yakni faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
- A) Faktor Keluarga
Anak akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik dan relasi antar anggota keluarga.
Cara orang tua mendidik Anak dan relasi antar anggota keluarga sangat erat hubungannya dan sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar fisika Anak. Dimana keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yakni pendidikan fisika Anak. Bagi Anak yang diberi motivasi oleh orang tua, maka pasti memberikan semangat yang luar biasa.
- B) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang dapat mempengaruhi belajar Anak mencakup beberapa hal antara lain sebagai berikut:
- Metode Pengajaran
- Kurikulum
- Relasi Guru dengan Anak
- Alat Praktikum
- Waktu Sekolah
- Kedisiplinan
Dalam belajar, metode mengajar, kurikulum, korelasi guru dengan Anak Didik, alat praktikum, waktu sekolah dan disiplin sekolah adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada Anak Didik dalam menumbuhkan dan mengembangkan motivasi terhadap diri Anak Didik, sehingga dapat mempengaruhi proses belajar Anak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
- C) Faktor Masyarakat
Kehidupan masyarakat disekitar Anak juga berpengaruh terhadap belajar. Masyarakat yang terdiri dari orang yang tidak terpelajar, pejudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek pada Anak yang berada di situ. Anak tertarik untuk ikut seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang ada disekitar Anak. Akibatnya belajar terganggu dan bahkan Anak kehilangan konsentrasi belajar. Perhatian Anak yang tadinya terpusat kepada pelajaran, bepindah keperbuatan yang selalu dilakukan oleh orang-orang sekitar yang tidak baik.
Sebaliknya, jika lingkungan Anak adalah lingkungan orang-orang terpelajar, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, maka Anak terpengaruh juga dengan hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan Anak sehingga Anak akan berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungan sekitar. Pengaruh ini dapat mendorong Anak untuk belajar fisika lebih giat lagi.
Orang tua bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar fisika dan prestasi belajar fisika anak. Orang tua berperan dalam memantau proses belajar anak didalam lingkungan rumah. Motivasi sangat berperan dalam membangkitkan minat dan perhatian anak pada pelajaran. Dengan berbagai pendekatan, orang tua dapat melakukan upaya mengatasi berbagai kesulitan belajar fisika pada anak. Hasil belajar fisika siswa biasa dievaluasi dengan tes formatif dan sumatif dalam sekolah, namun evaluasi orang tua pada anaknya ditunjukkan dengan perilaku anak dalam menghadapi tes maupun ujian akhir. Hasil yang tidak sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan dapat terjadi karena proses belajar mengajar yang tidak optimal. Proses belajar dan mengajar yang didapatkan disekolah seringkali kurang memenuhi kebutuhan anak, untuk itu perlu diciptakan kondisi belajar yang strategis di lingkungan rumah. Dalam hal ini peran orang tua lah yang dominan untuk kesuksessan belajar fisika anak. Strategi mengajar, pendekatan belajar atau metode belajar yang diterapkan guru mungkin tidak sesuai dengan pokok bahasan. Fasilitas dan sumber belajar yang tidak memadai dapat pula menjadi kendala. Pendekatan humanistik dan kognitif lebih menekankan motivasi instrinsik daripada motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan doronganus dilakukan orang tua dari dalam untuk melakukan sesuatu karena sesuatu itu sendiri. Contohnya, siswa yang belajar dengan giat karena menyukai pelajaran tersebut.
Selain faktor instrinsik ada pula faktor ekstrinsik yang mempengaruhi belajar seorang anak. Faktor ekstrinsik inilah yang dapat diperoleh dari peran orang tua, yaitu
- Menciptakan iklim belajar yang nyaman dirumah
Bukan hal yang mudah menciptakan iklim belajar yang nyaman untuk anak, tetapi hal inilah yang pertama kali harus dilakukan orang tua untruk mengatasi kesulitan belajar anak dalam bidang studi apapun dalam hal ini khususnya pelajaran fisika, disini orang tua harus memberikan perhatianan seperti teman belajar untuk anaknya, artinya disini orang tua tidak bersikap seperti guru yang membenarkan dan menyalahkan anak, tetapi sebagai teman yang bisa diajak diskusi atas kesulitan yang mereka dapatkan.
- Menumbuhkan rasa kecintaan anak terhadap pelajaran fisika
Menumbuhkan rasa kecintaan anak terhadap salah satu bidang studi ini sangatlah kecil presentase keberhasilannya, karena pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat yang berbeda, setiap anak sejak awa duduk di bangku sekolah mereka biasanya sudah menyukai beberapa mata pelajaran yang kemudian menjadi mata pelajaran favoritnya. Namun untuk anak yang sudah mempunyai basic dibidang eksaknya tinggi maka anak tersebut akan merespon dengan baik dan akan menghasilkan prestasi yang lebih baik lagi dari yang mereka peroleh tanpa adanya peran orang tua yang ikut serta mendukung dan menciptakan rasa kecintaan terhadap pelajaran fisika tersebut. Karena ketika anak memiliki rasa kecintaan terhadap suatu hal maka dia tidak akan mudah menyerah apabila menghadapi kesulitan, bahkan dia akan selalu semangat ketika mendapatkan pelajaran tersebut. Berbeda dengan anak yang sudah terlanjur benci terhadap pelajaran fisika yang sulit ini, dia akan mudah menyerah dan putus asa ketika menghadapi kesulitan, bahan saat diberikan pelajaran disekolahpun dia tidak akan merespon dengan semangat, akibatnya materipun sulit dicerna dan di mengerti oleh anak.
- Memposisikan dirinya sebagai teman dalam proses belajar anak
Orang tua dapat memantau anaknya belajar, mengajaknya berdiskusi tentang pelajaran yang mereka dapatkan disekolah, karena bukan tidak mungkin porsi pelajaran disekolah kurang untuk membuat anak paham dan tuntas dari criteria ketuntasan minimum (KKM). Anak tidak cukup mendapatkan pelajaran disekolah dari guru, tapi perlu mengulangi lagi pelajarannya dirumah. Dalam hal ini orang tua bertugas menemani anak belajar, membantu kesulitan anak dalam mempelajari pelajaran yang mereka dapatkan, karena biasanya seorang anak lebih merasa nyaman belajar dengan temannya disbanding dengan gurunya. Orang tua sebaiknya memposisikan dirinya sebagai teman yang baik untuk ankanya, tidak menghakimi dan bersikap sok tahu ketika anaknya menanyakan sesuat, bahkan ketika sang anak mengutarakan pendapat yang salah, orang tua tidak boleh langsung menyalahkan, tetapi membenahi dimana kesalahannya dengan perlahan. Orang tua seperti ini yang biasanya jarang ditemui, karena kebanyakan orang tua bersikap keras dalam mendidik anak, tetapi mereka menuntut anak untuk selalu mendapat nilai sempurna, padahal merekalah salah satu faktor keberhasilan belajar anak.
PENUTUP
Kesimpulan
- Bahwa peran orang tua memotivasi belajar anak dalam pembelajaran fisika mempunyai tujuan agar meningkatkan kesadaran akan eksistansinya sebagai anak didik atau siswa yang akan mendapatkan mata perlajaran fisika di Sekolah.
- Pola pembinaan atau memotivasi anak hendaknya dilakukan secara bijaksana, karena setiap anak memiliki spesifikasi tertentu (potensi, ciri dan sifat yang khas) yang memerlukan perhatian dan penanganan secara khusus.
- Untuk menunjang pembelajaran fisika pada setiap anak, harmonisasi hubungan dan kerjasama antara orang tua/keluarga dengan Sekolah dan lingkungan, sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam pembelajaran fisika di samping dukungaan positif dari komponen lainnya
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa keberhasilan pembelajaran fisika pada anak tidak lepas dari peran orang tua. Seandainya setiap orang tua menyadari tugas dan tanggung jawabnya serta mampu menjadi guru pertama bagi anak-anaknya, mungkin akan terlahir fisikawan yang punya kepribadian tangguh dan sholeh.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S.B. 2004. Pola Komunikasi Orang tua dan Anak Dalam Keluarga : sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Ed.1, Cet.II. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Wlodkowski, RJ & Jaynes, J.H. 2004. Motivasi Belajar cet. I. Depok: Cerdas Pustaka
Yusuf. S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan ke-4.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
http:// artikel/ faktor-kesulitan-belajar-fisika.html
http://Zifasuhana Blog/ Blog Archive/ Orang Tua adalah Guru Pertama dan Utama.html