Satu hal yang menarik untuk disisipkan di sini masih perihal KEDATANGAN KEMBALI ALMASIH ialah, bahwa bukan saja kaum Kristen yang memiliki kepercayaan “kedatangan kembali” itu melainkan pada kaum Muslimin ternyata pula menyimpan kepercayaan itu. Entah siapa yang berhak di antara kedua ummat ini, ataukah keduanya sama-sama berhak?
Jika kedatangan Almasih bagi ummat Kristen merupakan HALELUYAH KEMENANGAN, maka bagi ummat muslimin merupakan DATANGNYA YANG HAQ SIRNANYA YANG BATIL. Bukankah Almasih akan datang dan menyatakan bahwa Islam adalah Agama sejati? Bukankah Almasih akan mendirikan Shalat berjama’ah serta menjadi ma’mum di shaf pertama? Alangkah bahagia saat-saat demikian!
Disamping kebahagiaan ummat Muslimin karena Almasih datang untuk kemenangan Islam, terpetik pula sebuah “kabar suka” bahwa kebahagiaan akan melimpah, kemenangan akan mutlak yaitu pada saat seseorang yang bergelar IMAM MAHDI datang di tengah-tengah ummat Muslimin. Yang lebih meyakinkan lagi ialah bahwa munculnya Imam Mahdi itu bertepatan waktunya dengan kedatangan Almasih. Beliau inilah yang didorong oleh Almasih untuk menjadi imam dalam shalat berjama’ah itu. Kedatangan Imam Mahdi telah tersebut dalam beberapa Hadits. Di antara Missi-missinya yang utama ialah:
* Beliau akan membagi harta sama rata;
* Beliau menegakkan Agama pada akhir zaman seperti Nabi Muhammad saw. pada permulaan zaman.
* Beliau akan menegakkan keadilan di bumi.
* Beliau akan berperang atas Sunnah Rasul.
* Beliau akan membunuh babi dan salib.
* Ummat Islam akan mendapat kesenangan dari padanya yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.
* Beliau tidak membangunkan orang tidur dan tidak menumpahkan darah.
* Penduduk Bumi dan Langit serta burung-burung suka pada kekhalifahannya.
Demikianlah missi-missi utamanya. Begitu hebat makna kedatangannya, bahkan terpetik berita-berita yang mengatakan bahwa meriam-meriam musuh yang memuntahkan peluru untuk membunuh kaum Muslimin konon mendadak berobah menjadi cairan dingin. Jika demikian kondisi dan situasinya, beliau tentunya sangat diharapkan mengingat penderitaan ummat sudah semakin parah.
Akan tetapi kapan beliau datang? Soalnya hanya tunggu waktu saja; dan sesudah sekian tahun bahkan sekian abad belum juga terjawab “kapan beliau datang,” maka yang menunggu bertambah menderita sedang yang ditunggu belum juga tiba.
Last but not least harapan ummat yang menderita telah terpenuhi. Secara mengejutkan namun menggembirakan, sejarah Islam telah menampilkan Imam Mahdi; Beliau sudah datang! Siapa orangnya, dimana munculnya, kapan datangnya, inilah yang sulit memastikan! Sebab Imam Mahdi yang datang tidak seorang melainkan banyak. Bahkan yang menambah sulit lagi masih ada Imam-imam Mahdi yang belum datang. Mereka juga ditunggu-tunggu kedatangannya.
Untuk memudahkan Kita mengenal para Imam Mahdi tersebut, baiknya kita memisalkan mereka dalam dua masa. Masa pertama ialah masa “mereka yang belum datang” dan masa kedua ialah “masa mereka yang sudah datang.” Mereka yang akan datang menurut aliran Syiah Sabaiyah adalah Ali bin Abi Talib; Menurut Syiah Kaisaniyah adalah Mohammad Ali Hanafiyah. Menurut Syiah AI-Jaridiyah, Mohammad bin Abdullah An-Nafsus Zakiyah adalah Mahdi yang ditunggu-tunggu. Menurut Syiah Imamiah, Mohammad bin Hasan Al-Askari adalah Mahdi yang ditunggu-tunggu. Adapun para Mahdi yang “sudah datang” antara lain ialah: Ubaidullah bin Mohammad Alhabib oleh Syiah Qaramithah dianggap Mahdi. Mohammad bin Ismail bin Ja’far oleh golongan Syiah Ismailiyah dianggap Mahdi. Golongan Muwahidin menganggap Mohammad bin Taumert adalah Mahdi. Segolongan Muslim di India menganggap Ahmad bin Mohammad Berelvi adalah Mahdi. Golongan Ahmadiyah di India menganggap Mirza Ghulam Ahmad adalah Mahdi. Golongan Babiyah menganggap Ali Mohammad Al-Bab adalah Mahdi. Penduduk Sudan Afrika menganggap Mohammad Ahmad Donggola adalah Mahdi. Mahdi-mahdi yang lain seperti Mahdi dari Rief Afrika, dari Tunisia, dari Marokko, dari Pegunungan Shahrazur, dari Kurdistan, dari Senegal dan Mahdi dari Jawa timur Indonesia, merekapun telah datang dan masing-masing membawa missi-missi utamanya.
Demikian kumpulan Mahdi yang tercatat dalam sejarah Islam. Kenyataan dari mereka yang telah datang itu sama sekali tidak sanggup memenuhi missi-missi utamanya. Jangankan seluruh missi sanggup dipikulnya, pada tugas pembagian harta sama-rata saja, beliau-beliau itu tidak sanggup melaksanakannya; Juga mereka tidak membunuh BABI atau memecah SALIB, baik harafiyah maupun kiasan. Apalagi memberi kesenangan pada kaum Muslimin yang belum pernah dirasakannya.
Bagaimana dengan Mandi-mahdi yang belum datang?! Apakah kaum Muslimin harus menanti kedatangan mereka? Padahal, penantian itu membuat ummat jadi lamban. Lebih-lebih penantian yang tak menentu, entah tahunan, puluhan tahun, abad bahkan ribuan tahun. Ummat Muslimin akan kehilangan langkah, statis, mati gerak, bahkan tertelan zaman. Mengambil sikap yang baik adalah tidak menanti dan tidak terlintas dalam pikiran untuk menanti. Lebih baik lagi ialah membuang jauh doktrin kedatangan kembali Almasih maupun Almahdi.
Namun andaikata sejarah Islam nanti menampilkan tokoh-tokoh tersebut, maka biarkanlah nama beliau, tempat munculnya, waktu datangnya berada dalam ketentuan TUHAN.
Sumber: Abdullah Hasan Alhadar Konversi dari format PDF ke HTM & CHM Oleh: [email protected]