Apakah Anda ingin mempengaruhi orang lain? Baik dalam urusan bisnis, keluarga, pergaulan maupun dakwah? Tentu Anda ingin melakukannya bukan? Dalam hidup ini, tidak semua apa yang Anda inginkan dapat Anda lakukan sendiri. Seringkali Anda membutuhkan orang lain untuk mencapai keinginan Anda. Apalagi jika keinginan itu adalah keinginan yang besar dan sulit. Jika Anda dapat mempengaruhi orang lain, maka mereka akan mengikuti Anda dan akan membantu Anda untuk mencapai apa yang Anda inginkan seberapa besar dan sulitnya keinginan Anda tersebut. Kunci untuk mempengaruhi orang lain adalah mendapatkan kepercayaan (trust) dari orang yang akan Anda pengaruhi. Orang yang dipercaya akan lebih mudah mempengaruhi orang lain daripada orang yang kurang dipercaya. Namun, mendapatkan kepercayaan dari orang lain bukanlah pekerjaan yang mudah dan singkat. Dibutuhkan waktu yang lama dan berkesinambungan untuk mendapatkan kepercayaan. Bahkan bagi orang-orang tertentu yang sulit percaya pada orang lain (karena trauma masa lalu, sering dikecewakan, atau orang yang angkuh), membutuhkan waktu yang lebih lama dan upaya yang lebih keras. Biasanya kita akan percaya kepada orang yang secara konsisten melakukan apa yang mereka katakan atau yakini.
Para Nabi dan para pemimpin dunia yang melegenda, seperti Umar bin Khatab, Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, atau Hitler sekalipun, adalah orang-orang yang konsisten melakukan apa yang mereka yakini kebenarannya. Mereka rela berkorban apa saja, termasuk nyawa mereka sendiri, untuk mempertahankan konsistensi antara kata dengan perbuatan mereka. Dengan kata lain, mereka mampu memberikan keteladanan. Jadi, keteladanan merupakan dasar kepercayaan seseorang kepada orang lain. Mengapa begitu? Sebab, setiap orang membutuhkan teladan. Orang akan lebih suka meneladani orang yang konsisten antara kata dengan perbuatannya daripada mengikuti orang yang plin-plan dan tidak punya pendirian. Bahkan biasanya kita akan kurang menghargai orang berbeda antara kata dan perbuatannya. Itulah sebabnya Nabi Muhammad saw dijadikan oleh Allah swt sebagai teladan bagi manusia. “Sungguh telah ada pada diri rasulullah itu teladan yang baik bagimu …” (QS. 33:21) Jika kunci mempengaruhi orang lain adalah kepercayaan. Dan dasar kepercayaan adalah keteladanan.
Lalu cara apa lagi yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan, sehingga akhirnya kita dapat mempengaruhi orang lain?
Pertama, rajin memberikan “setoran-setoran”. Yang dimaksud “setoran” adalah setiap tindakan yang dapat membuat orang merasa simpatik atau berhutang budi kepada Anda. Contoh “setoran” misalnya, menepati janji, meminta maaf, mengucapkan terima kasih, meminjamkan/memberikan sesuatu, memberikan pertolongan, dan lain-lain. Jika Anda rajin memberikan setoran, secara otomotis orang yang Anda berikan “setoran” akan merasa simpatik dan berhutang budi kepada Anda. Hal ini akan berdampak pada tumbuhnya kepercayaan terhadap Anda. Namun perlu diingat, “setoran” harus diberikan secara ikhlas dan tanpa pamrih. “Setoran” yang diberikan secara pamrih akan membuat orang yang Anda berikan “setoran” merasa bahwa “ada udang, di balik batu”, sehingga bukan kepercayaan yang Anda dapatkan, tapi malah ketidakpercayaan terhadap Anda. “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya” (Al Hadits), maka Anda akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya.
Kedua, sabar menjelaskan apa yang Anda inginkan. “kecuali orang-orang yang saling menasehati dalam kesabaran..”(QS. 103:3). Orang akan mempercayai Anda, jika Anda mampu menjelaskan dengan sabar mengapa mereka harus percaya dengan keyakinan/keinginan Anda. Sampaikan keyakinan/keinginan Anda tersebut dalam berbagai kesempatan, tapi dengan cara yang variatif. Selain itu, sampaikan juga manfat dan kerugian yang akan dialami jika ia tidak mengikuti Anda. Juga libatkan emosi ketika Anda menyampaikan gagasan. Namun jangan sekali-kali Anda mencoba memaksa mereka untuk mengikuti Anda. Cara paksaan hanya akan membuat mereka lari dari Anda. Pada dasarnya orang tidak mau dipaksa atau digurui. Jika pun mereka mengikuti Anda karena terpaksa, hal itu tidak akan bertahan lama. Mereka akan lari dari Anda setiap ada kesempatan untuk itu. Kepercayaan tidak dapat dibangun dengan cara paksaan, tapi dengan cara persuasif.
Ketiga, kuasai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai bidang Anda. Kepercayaan juga tumbuh, jika Anda dianggap memiliki pengetahuan atau keterampilan tertentu. Jika Anda ingin dipercaya di kalangan para pengusaha, maka tunjukkan kepada mereka bahwa Anda memang pengusaha yang terampil dan profesional. Jika Anda ingin dipercaya pada bidang agama, tunjukkan pada orang lain bahwa Anda memang memiliki pengetahuan tentang agama. Hal ini juga berlaku untuk bidang lainnya. Maka jadilah ahli dalam bidang yang Anda geluti, maka Anda akan cepat mendapat kepercayaan dari orang di bidang yang Anda geluti.
Keempat, tampil dengan berwibawa. Penampilan tak boleh dilupakan dalam menumbuhkan kepercayaan terhadap Anda. Penampilan terdiri dari penampilan non verbal (body language) dan penampilan pakaian/perhiasan. Mimik, gestur (gerak-gerik tubuh) sampai cara berjalan perlu diperhatikan agar Anda nampak berwibawa dan kharismatis. Begitu pula pakaian dan perhiasan yang Anda kenakan perlu disesuaikan dengan pakaian atau perhiasan yang pantas dengan bidang Anda. Misalnya, jika Anda seorang pendakwah, maka pakaian yang pantas adalah pakaian yang biasa dikenakan para pendakwah lainnya (baju koko, peci, sorban, dan semacamnya). Jangan tampil dengan pakaian semaunya, apalagi pakaian yang bertentangan dengan bidang yang Anda geluti. Cara-cara menumbuhkan kepercayaan seperti yang disebutkan di atas tentu saja perlu Anda lakukan secara sungguh-sungguh, berkesinambungan dan simultan. Anda tidak dapat memetik hasilnya jika tidak melakukannya secara sungguh-sungguh, berkesinambungan dan simultan. Ingat, hukum tanaman. Kita hanya dapat memanen, jika kita menanamnya dan meliharanya dengan sungguh-sungguh. Jika Anda telah memperoleh kepercayan dari orang lain, maka Anda akan lebih mudah mempengaruhi mereka, sehingga mereka akan mengikuti kemauan Anda. Akhirnya, gunakanlah cara-cara mempengaruhi ini untuk mencapai keinginan atau keyakinan Anda yang baik. Jangan gunakan untuk maksud jahat atau untuk mengeksploitasi orang lain. Sebab, jika suatu ketika mereka tahu bahwa Anda bermaksud jahat atau sekedar mengeksploitasi mereka, maka mereka akan membenci Anda. Bahkan mungkin akan membalasnya dengan cara yang lebih jahat untuk menghancurkan Anda.