Shalat Mencegah dari Perbuatan Keji dan Munkar

Shalat Mencegah dari Perbuatan Keji dan Munkar |

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ

“…Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.. (QS. Al ‘ankabuut::45)

Salah satu penggalan surat yang sudah tidak asing lagi di kalangan umat muslim dan sudah sering mendengar kajian tentang pembehasan dalam surat tersebut, saat ini admin coba kembali buka ingatan-ingatan tentang pembahasan ayat tersebut, karena ayat ini sangat amat penting untuk kita pahami dan mengerti terutama pada setiap umat muslim.

Dijelaskan bahwasanya shalat lah yang mencegah dari perbuatan keji dan munkar, dapat diartikan bahwa shalat lah yang menjadi benteng atau tameng atau penasihat. Memang betul dilihat dari shalat lah kita tau bahwa orang tersebut baik atau buruk. Tapi mengapa realitas yang tidak sedikit terjadi bahwasanya banyak orang-orang yang sudah shalat tetapi masih saja melakukan perbuatan-perbuatan keji dan munkar, masih melakukan kemaksiatan dan lain sebagainya.

Abul Aliyah berkata : di dalam sholat itu ada tiga unsur penting, yaitu:

  1.  Ikhlas,

Keiklasan melakukan idabah adalah kunci untuk mendapatkan amal, apabila tak ada unsur keihklasan Allah tak akan memberikan amal yang sempurna, didalamnya pun ada unsur pembentuk kepribadian, sehingga menjadikan manusia yang mempunyai akhlak yang iklas dalam melakukan kegiatan.

  1.  Khosyah ( takut )

Coba bayangkan apabila mendapati sesuatu yang menakutkan apakah yang diperbuat? Tentunya akan mencoba menjahui sesuatu yang menakutkan tersebut, akan tetapi berbeda bila kita takut kepada Allah, bukan kemudian lari atau kabur, justru harus lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah. Semakin kita takut kepada Allah seharusnya semakin kita mendekatkan diri, sadari bahwa Allah yang Maha Besar dan sepatutnya manusia merasa merendah kepada-Nya, begitulah juga diwaktu shalat.

  1. Dzikrullah ( ingat kepada Allah ).

Dengan ingat kepada Allah berarti terfokuslah bahwa ibadah ditunjukkan hanya kepada Allah semata, bukan shalat karna yang lain tetapi yang benar adalah karna Allah.

 Maka jika tiap sholat tidak ada ketiganya, tidaklah disebut sholat. Karena dengan kandungan ikhlas akan mengajak kepada yang ma’ruf, khosy-yah akan mencegah kepada yang mungkar dan dzikrullah akan mencakup makna mengajak ma’ruf dan mencegah mungkar.

 Mari ditilik kembali apakah shalat kita sudah sesuai dengan ketentuan syariat islam? Bila belum maka mari kita lakukan mulai dari sekaran.

“Allah Memberi yang Kita Butuhkan”

Hoo allah muhammad“Allah kadang memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan”. Kalimat yang sudah sering bahkan sudah tidak asing lagi. Kapan kita meminta organ tubuh kita yang sempurna ini kepada Allah? Tangan, kaki, mata, telinga, hidung, mulut semua diberikan gratis dan tanpa dipungut biaya sepersenpun. Allah berikan ukuran-ukuran yang sesuai dengan kebutuhan, apakah iya kita meminta Allah dengan kata-kata “Ya Allah ku inginkan gigi ini yang kuat dengan jumlah 32 dengan ukuran panjang  5ml dan lebar 3ml per butir dengan berat 0,1gr”? sungguh Maha besar Allah yang memberikan kesempurnaan tanpa kita meminta, kapankan kita bersyukur dengan keadaan ini?sudah berapakali kita sombong dengan tingkah yang kita lakukan, dengan semua yang kita miliki? Harusnya ada kesadaran bahwa semua yang kita miliki ini milik Allah.

Lantas dengan apa kita membalas semua ini kepada Allah? Apa iya mau memberi barang yang kita punya? Uang, motor, mobil, bunga, rumah, pakaian. Ketahuilah Allah tak butuh itu, itu semua milik Allah. Sebetulnya kita tak punya apa-apa di dunia ini, semua barang-barang, prabotan semua milik Allah. Dan sesungguhnya yang Allah inginkan hanyalah bertakwa kepada-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya, sungguh simpel kan? Hanya itu saja. Semua petunjuk-petunjuk sudah tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadits, kurang apa coba? Lantas setelah kita taat pada-Nya kita dimasukkan dalam syurga-Nya, yang semua kita inginkan ada disana. Sungguh begitu murah hati-Nya Allah.

Apa yang sudah kita lakukan sekarang? Sudah menjadi manusia berakwakahah? Jika belum mari kita lukan dari sekarang, jangan sia-siakan mumpung masih hidup, kita tak tau kapan mati.

Beriman dan Istiqomah

Beriman dan Istiqomah |Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah rodhiallohu ‘anhu, aku berkata: wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang lain selain engkau, (maka) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ucapkanlah: “aku beriman kepada Allah”, kemudian beristiqomahlah dalam ucapan itu” (HR. Muslim, no. hadits: 38)

Beberapa Masalah Penting yang Terkandung Dalam Hadits Ini:

  • Pertama:

Besarnya semangat para Sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam menanyakan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, dan tujuan mereka dalam menanyakan hal-hal tersebut adalah benar-benar untuk mengilmui (mengetahui) dan mengamalkannya, bukan hanya semata-mata untuk pengetahuan, karena ilmu yang tidak dibarengi amal adalah seperti pohon yang tidak memiliki buah, Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang hamba-hambaNya yang bertakwa:

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambahkan petunjuk kepada mereka dan menganugerahkan kepada mereka ketakwaannya” (QS Muhammad:17)

Imam Al Khatib Al Baghdadi berkata: Seorang penuntut ilmu hendaknya menjadikan urusan-urusan kehidupannya berbeda dengan kebiasaan orang-orang awam, dengan selalu berusaha mengamalkan hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (dalam setiap urusannya) semaksimal mungkin dan menerapkan sunnah-sunnah Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam dirinya, karena sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzaab: 21)

  • Kedua:

Iman kepada Allah ‘azza wa jalla mencakup semua hal yang wajib diyakini dalam landasan dan pokok-pokok keimanan dari apa-apa yang Allah ‘azza wa jalla beritakan tentang diri-Nya, malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir dan takdir yang baik maupun yang buruk,yang disertai dengan amalan-amalan dalam hati, ketaatan dan ketundukan yang sepenuhnya lahir dan batin kepada Allah ‘azza wa jalla.

  • Ketiga:

Keharusan untuk tetap istiqomah dalam keimanan sampai di akhir hayat, dan makna istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling darinya ke kiri maupun ke kanan, dan ini semua mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah ‘azza wa jalla) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya Jami’ul ‘Ulum wal Hikam (hal. 510). Dan perintah untuk beristiqomah disebutkan dalam banyak ayat Al Quran, di antaranya firman Allah ‘azza wa jalla:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Robb kami ialah Allah” kemudian mereka beristiqomah (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):”Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat: 30), dan firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Robb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (di dunia)” (QS. Al Ahqaaf: 13-14)

Akan tetapi, bagaimana pun juga seorang hamba tidak mungkin dapat terus-menerus sempurna dalam istiqomah, karena bagaimana pun manusia tidak akan luput dari kesalahan dan kelalaian yang menyebabkan berkurangnya nilai keistiqomahannya, oleh karena itu Allah ‘azza wa jalla memberikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang bertakwa untuk mengatasi keadaan ini dan memperbaiki kekurangan tersebut, yaitu dengan beristigfar (meminta ampun kepada Allah ‘azza wa jalla) dari semua dosa dan kesalahan, Allah berfirman:

“Maka beristiqomahlah (tetaplah) pada jalan yang lurus menuju kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya” (QS. Fushshilat: 6), dan istigfar di sini mengandung pengertian bertaubat dan kembali kepada keistiqamahan. Dan ayat ini semakna dengan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: kepada Mu’adz bin Jabal radhiallohu ‘anhu: “Bertakwalah kepada Alloh di mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan yang buruk dengan perbuatan baik, maka perbuatan baik itu akan menghapuskan (dosa) perbuatan buruk tersebut, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad 5/153, dan At Tirmidzi no. hadits 1987) Ibid.

penulis: Ustadz Abdullah Taslim

 

 

 

Dua orang saling membunuh yang masuk syurga

Dan dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala tertawa (merasa senang) kepada dua orang yang seorang membunuh pada lainnya, kemudian keduanya dapat memasuki syurga. Yang seorang itu berperang fisabilillah kemudian ia dibunuh, selanjutnya Allah menerima taubat atas orang yang membunuhnya tadi, kemudian ia masuk Islam dan selanjutnya dibunuh pula sebagai seorang syahid.” (Muttafaq ‘alaih)

Taubatnya wanita pezina

Dari Abu Nujaid yaitu Imran bin Hushain al-Khuza’i radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ada seorang wanita dari suku Juhainah mendatangi Rasulullah s.a.w. dan ia sedang dalam keadaan hamil karena perbuatan zina. Kemudian ia berkata: “Ya Rasulullah, saya telah melakukan sesuatu perbuatan yang harus dikenakan had (hukuman) maka tegakkanlah had itu atas diriku.” Nabiyullah s.a.w. lalu memanggil wali wanita itu lalu bersabda: “Berbuat baiklah kepada wanita ini dan apabila telah melahirkan -kandungannya, maka datanglah padaku dengan membawanya.” Wali tersebut melakukan apa yang diperintahkan. Setelah bayinya lahir -lalu beliau s.a.w. memerintahkan untuk memberi hukuman, wanita itu diikatlah pada pakaiannya, kemudian dirajamlah. Selanjutnya beliau s.a.w. menyembahyangi jenazahnya. Umar berkata pada beliau: “Apakah Tuan menyembahyangi jenazahnya, ya Rasulullah, sedangkan ia telah berzina?” Beliau s.a.w. bersabda: “Ia telah bertaubat benar-benar, andaikata taubatnya itu dibagikan kepada tujuhpuluh orang dari penduduk Madinah, pasti masih mencukupi. Adakah pernah engkau menemukan seorang yang lebih utama dari orang yang suka mendermakan jiwanya semata-mata karena mencari keridhaan Allah ‘Azzawajalla.” (Riwayat Muslim)

Kisah taubat seseorang yang membunuh 100 orang

Dari Abu Said, yaitu Sa’ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahwasanya Nabiyullah s.a.w. bersabda: “Ada seorang lelaki dari golongan umat yang sebelummu telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, lalu ia ditunjukkan pada seorang pendeta. Iapun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahwa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat. Pendeta itu menjawab: “Tidak dapat.” Kemudian pendeta itu dibunuhnya sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah seorang lagi itu.

Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahwa sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masih diterima taubatnya. Orang alim itu menjawab: “Ya, masih dapat. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah engkau ke tanah begini-begini, sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang sama menyembah Allah Ta’ala, maka menyembahlah engkau kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk.” Orang itu terus pergi sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia didatangi oleh kematian. Kemudian bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat kerahmatan dan malaikat siksaan (yakni yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas memberikan siksa), malaikat kerahmatan berkata: “Orang ini telah datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah Ta’ala.” Malaikat siksaan berkata: “Bahwasanya orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun.” Selanjutnya ada seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni dijadikan hakim pemutusnya -untuk menetapkan mana yang benar. Ia berkata: “Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya- maksudnya jikalau lebih dekat ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik malaikat kerahmatan dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia adalah milik malaikat siksaan.” Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian didapatinya bahwa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang dikehendaki -yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu maka ia dijemputlah oleh malaikat kerahmatan.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan demikian: “Orang tersebut lebih dekat sejauh sejengkal saja pada pedesaan yang baik itu- yakni yang hendak didatangi, maka dijadikanlah ia termasuk golongan penduduknya.” Dalam riwayat lain yang shahih pula disebutkan: Allah Ta’ala lalu mewahyukan kepada tanah yang ini -tempat asalnya- supaya engkau menjauh dan kepada tanah yang ini -tempat yang hendak dituju- supaya engkau mendekat -maksudnya supaya tanah asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur akan menjadi jauh, sedang tanah yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur menjadi dekat jaraknya. Kemudian firmanNya: “Ukurlah antara keduanya.” Malaikat-malaikat itu mendapatkannya bahwa kepada yang ini -yang dituju- adalah lebih dekat sejauh sejengkal saja jaraknya. Maka orang itupun diampunilah dosa-dosanya.” Dalam riwayat lain lagi disebutkan: “Orang tersebut bergerak -amat susah payah karena hendak mati- dengan dadanya ke arah tempat yang dituju itu.”

Kisah tiga orang terkurung dalam gua

Dari Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhuma, katanya: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ada tiga orang dari golongan orang-orang sebelummu sama berangkat berpergian, sehingga terpaksalah untuk menempati sebuah gua guna bermalam, kemudian merekapun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu atas mereka. Mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau semua dari batu besar ini melainkan jikalau engkau semua berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan perbuatanmu yang baik-baik. Seorang dari mereka itu berkata: “Ya Allah. Saya mempunyai dua orang tua yang sudah tua-tua serta lanjut usianya dan saya tidak pernah memberi minum kepada siapapun sebelum keduanya itu, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu hari amat jauhlah saya mencari kayu -yang dimaksud daun-daunan untuk makanan ternak. Saya belum lagi pulang pada kedua orang tua itu sampai mereka tertidur. Selanjutnya sayapun terus memerah minuman untuk keduanya itu dan keduanya saya temui telah tidur. Saya enggan untuk membangunkan mereka ataupun memberikan minuman kepada seorang sebelum keduanya, baik pada keluarga atau hamba sahaya. Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan bangun mereka itu terus-menerus dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajarpun menyingsinglah, anak-anak kecil sama menangis karena kelaparan dan mereka ini ada di dekat kedua kaki saya. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka minum minumannya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan keridhaanMu, maka lapanglah kesukaran yang sedang kita hadapi dari batu besar yang menutup ini.” Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit, tetapi mereka belum lagi dapat keluar dari gua. Yang lain berkata: “Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai seorang anak paman wanita -jadi sepupu wanita- yang merupakan orang yang tercinta bagiku dari sekalian manusia -dalam sebuah riwayat disebutkan: Saya mencintainya sebagai kecintaan orang-orang lelaki yang amat sangat kepada wanita- kemudian saya menginginkan dirinya, tetapi ia menolak kehendakku itu, sehingga pada suatu tahun ia memperoleh kesukaran. Iapun mendatangi tempatku, lalu saya memberikan seratus duapuluh dinar padanya dengan syarat ia suka menyendiri antara tubuhnya dan antara tubuhku -maksudnya berhubungan intim. Ia berjanji sedemikian itu. Setelah saya dapat menguasai dirinya -dalam sebuah riwayat lain disebutkan: Setelah saya dapat duduk diantara kedua kakinya- sepupuku itu lalu berkata: “Takutlah engkau pada Allah dan jangan membuka cincin -maksudnya cincin di sini adalah kemaluan, maka maksudnya ialah jangan melenyapkan kegadisanku ini- melainkan dengan haknya -yakni dengan perkawinan yang sah-, lalu sayapun meninggalkannya, sedangkan ia adalah yang amat tercinta bagiku dari seluruh manusia dan emas yang saya berikan itu saya biarkan dimilikinya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian dengan niat untuk mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kita hadapi ini.” Batu besar itu kemudian membuka lagi, hanya saja mereka masih juga belum dapat keluar dari dalamnya. Orang yang ketiga lalu berkata: “Ya Allah, saya mengupah beberapa kaum buruh dan semuanya telah kuberikan upahnya masing-masing, kecuali seorang lelaki. Ia meninggalkan upahnya dan terus pergi. Upahnya itu saya perkembangkan sehingga bertambah banyaklah hartanya tadi. Sesudah beberapa waktu, pada suatu hari ia mendatangi saya, kemudian berkata: Hai hamba Allah, tunaikanlah sekarang upahku yang dulu itu. Saya berkata: Semua yang engkau lihat ini adalah berasal dari hasil upahmu itu, baik yang berupa unta, lembu dan kambing dan juga hamba sahaya. Ia berkata: Hai hamba Allah, janganlah engkau memperolok-olokkan aku. Saya menjawab: Saya tidak memperolok-olokkan engkau. Kemudian orang itupun mengambil segala yang dimilikinya. Semua digiring dan tidak seekorpun yang ditinggalkan. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian ini dengan niat mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kita dari kesukaran yang sedang kita hadapi ini.” Batu besar itu lalu membuka lagi dan merekapun keluar dari gua itu. (Muttafaq ‘alaih)

Keterangan:

Ada beberapa kandungan yang penting-penting dalam hadits di atas, yaitu:

  1. Kita disunnahkan berdoa kepada Allah di kala kita sedang dalam keadaan yang sulit, misalnya mendapatkan malapetaka, kekurangan rezeki dalam kehidupan, sedang sakit dan lain-lain.

  2. Kita disunnahkan bertawassul dengan amal perbuatan kita sendiri yang shalih, agar kesulitan itu segera lenyap dan diganti dengan kelapangan oleh Allah Ta’ala. Bertawassul artinya membuat perantaraan dengan amal shalih itu, agar permohonan kita dikabulkan olehNya. Bertawassul dengan cara seperti ini tidak ada seorang ulamapun yang tidak membolehkan. Jadi beliau-beliau itu sependapat tentang bolehnya. Juga tidak diperselisihkan oleh para alim-ulama perihal bolehnya bertawassul dengan orang shalih yang masih hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh Sayidina Umar r.a. dengan bertawassul kepada Sayidina Abbas, agar hujan segera diturunkan. Yang diperselisihkan ialah jikalau kita bertawassul dengan orang-orang shalih yang sudah wafat, maksudnya kita memohonkan sesuatu kepada Allah Ta’ala dengan perantaraan beliau-beliau yang sudah di dalam kubur agar ikut membantu memohonkan supaya doa kita dikabulkan. Sebagian alim-ulama ada yang membolehkan dan sebagian lagi tidak membolehkan. Jadi bukan orang-orang shalih itu yang dimohoni, tetapi yang dimohoni tetap Allah Ta’ala jua, tetapi beliau-beliau dimohon untuk ikut membantu mendoakan saja. Kalau yang dimohoni itu orang-orang yang sudah mati, sekalipun bagaimana juga shalihnya, semua alim-ulama Islam sependapat bahwa perbuatan sedemikian itu haram hukumnya. Sebab hal itu termasuk syirik atau menyekutukan sesuatu dengan Allah Ta’ala yang Maha Kuasa Mengabulkan segala permohonan. Namun demikian hal-hal seperti di atas hanya merupakan soal-soal furu’iyah (bukan akidah pokok), maka jangan hendaknya menyebabkan retaknya persatuan kita kaum Muslimin.

SHALAT DHUHA

Shalat Dhuha yaitu Shalat sunnat dua raka’at atau lebihyang dikerjakan ketika setelah matahari terbit dan naik setinggi tumbak sampai sebelum matahari ditengah ( jam 07.00 – 11.00) dengan tujuan memohon rizki kepada Allah SWT sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW.

TATA CARA SHALAT DHUHA

Kerjakan dua raka’at-dua raka’at kemudian salam sebagaimana shalat yang lain. Do’a boleh dilakukan ketika dalam posisi sujud, boleh dilakukan setelah shalat.

DO’A SHALAT DHUHA

Allaa hum ma, in nadh dhuhaa-a dhuhaa uka, wal bahaa-a bahaa uka, wal jamaa la jamaa luka, wal quw wata quw watuka, wal qud rata qudratuka, wal ishmata ishmatuka, Al laa hum ma in kaana rizqii, fis samaa-i fa anzilhu, wa in kaana fil ardli fa akhrijhu, wa in kaana mu’siran fa yas sirhu, wa in kaana kharaa man fa thah hirhu, wa in kaana ba’ii dan fa qar rib hu, bi haq qi dhuhaa ika wa bahaa ika, wa jamaa lika, wa quw watika, wa qud ratika, aa tinii maa ataita ‘ibaa dakash shaalihiin

SHALAT GERHANA

Shalat Gerhana ada 2 macam :

A. Gerhana Bulan yaitu shalat sunnat gerhana yang dilakukan ketika terjadi gerhana bulan, yang dimulai sejak awal terjadinya gerhana. Shalat Sunnat Gerhana Bulan disebut dengan Shalat Sunnat Khusuf.

B. Gerhana Matahari yaitu shalat sunnat gerhana yang dilakukan ketika terjadi gerhana Matahari, yang diawali ketika terjadi gerhana Matahari. Shalat Sunnat Gerhana Matahari disebut juga dengan Shalat Sunnat Kusuf

            Hukum Shalat Sunnat Khusuf dan Kusuf adalah Sunnah (Tuntunan Rasul )

TATA CARA SHALAT GERHANA

  1.  Takbir dengan niat shalat Gerhana,membaca Al-Fatihah,Surat Pendek kemudian ruku’, kemudian berdiri kembali membaca Al-Fatihah   dan Surat Pendek kemudian ruku’lagi,kemudian       sujud dua kali. Untuk raka’at kedua sama raka’at pertama. Jadi Shalat Gerhana ini dua raka’at dengan empat kali, empat kali berdiri,empat kalimembaca Al Fatihah dan empat kali sujud.
  2. Sekurang-kurangnya dua raka’at sebagaimana shalat sunnat lainnya.
  3. Cara yang lain boleh dengan berdirinya lama dan membaca surat yang panjang   dan ruku’nya lama.
  4. Bacaan Shalat Sunnat Gerhana dengan nyaring(keras), sebagian ulama yang dikeraskan shalat gerhana bulan
  5. Disunnatkan setelah Shalat Gerhana dilanjutkan dengan Khutbah (masalah yang ada, taubat,beramal shaleh dan berdo’a meminta ampun).

SHALAT LAIL

Para ulama berbeda pendapat tentang shalat lail, sebagian besar ulama mengatakan shalat lail adalah shalat sunnat yang dilakukan sebelum tidur, sedangkan shalat tahajud adalah shalat sunnat yang dilakukan setelah tidur terlebih dahulu. Kemudian sebagian ulama berpendapat shalat lail dengan shalat tahajud sama.

PERINTAH DAN TUJUAN

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (٧٩)

79. dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.

maka hukumnya”Sunnat Muakkad”. Tujuannya”Untuk meningkatkan derajat manusia dihadapan Allah”. Jumlah raka’atnya minimal 2 raka’at maksimal tak terbatas.

TATA CARA SHALAT LAIL

  1. Niat dalam hati, kemudian takbiratul ihram
  2. Kerjakan dua rakat salam-dua raka’at salam
  3. Membaca do’a iftitah, fatihah, surat pendek dan seterusnya
  4. Boleh membaca doa’ ketika sujud dengan do’anya”Allaahum ma lakal hamdu,antal qay yuumus samaa waati wal ardli wa mam fii hin na, walakal hamdu, anta nuurus samaa wati wal ardli wamam fiihinna,walakal hamdu antal haq qu wawa’dukal haq qu, wa liqaa uka haq qun. Wa qauluka haq qun, wal jan natu haq qun, wan naaru haq qun, wan nabiy yuuna haq qun, wa Muhammadun shal lal laahu  alaihi wasal lama haq qun, was saa‘atu haq qun, Allaa hum ma laka aslamtu, wabika aa mantu, wa alaika tawakkaltu, wa ilaika aa nabtu, wabika khaa shamtu, wa ilaika haa kamtu,  faghfir lii, maa qad damtu wamaa akh khartu, wa maa asrartu wa maa a’lantu, wa maa ‘a’lamu bihii minnii, antal muqad dimu wa antal mua’khiru, laa ilaa ha il laa anta wa laa khaula walaa quw wata il laa bil laahi”
  5. Boleh dibaca sesudah selesai shalat
  6. Di akhiri dengan witir 3 raka’at, boleh 1 raka’at

KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM TERHADAP JANAZAH

Kewajiban seorang Muslim terhadap Muslim lainnya apabila sudah meninggal ada 4 hal :

  1. Memandikan
  2. Mengkafani
  3. Menshalatkan
  4. Menguburkan

SHALAT JANAZAH

Shalat Janazah : yaitu shalat fardlu kifayah bagi seorang muslim yang ditujukan untuk mendo’akan janazah dengan 4 kali takbir,fatihah, shalawat dan do’a diakhiri dengan salam.

ATA CARA SHALAT JANAZAH

  1. Janazah di bujurkan dengan kepala sebelah   utara
  2. Bagi janazah laki-laki, imam menghadap lurus kepala janazah, bagi janazah perempuan imam luruh ke pusar
  3. Disunnahkan terdiri 3 shaf jama’ah
  4. Diawali niat kemudian takbiratul ihram kemudian membaca Surat al-Fatihah
  5. Kemudian takbir kedua dan membaca shalawat
  6. Kemudian membaca takbir ketiga dan do’a untuk janazah
  7. Membaca takbir keempat kemudian do’a
  8. Salam

YANG HARUS DIBACA DALAM SHALAT JANAZAH

  1. Setelah takbir pertama membaca Fatihah, kemudian membaca Shalawat “Allaa hum ma shal li alaa Muhammad wa alaa aali Muhammad”
  2. Setelah takbir kedua membaca do’a untuk mayat ”Allaa hum magh fir lahuu war ham huu wa aafihii wa’fu anhu”, bagi mayat perempuan kata huu diganti haa
  3. Setelah takbir ketiga membaca do’a “Allaa hum ma laa tahrimnaa ajrahuu walaa taftinnaa ba’dahuu wagh fir lanaa walahuu”
  4. Takbir ke empat kemudian salam.

GURU SEBAGAI PEMBIMBING MASA DEPAN

GURU SEBAGAI PEMBIMBING MASA DEPAN |

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang masalah

Dewasa ini dunia pendidikan nasional sedang dihadapkan pada problematika yang  sangat mendasar, diantaranya adalah permasalahan peserta didik, tenaga guru maupun alokasi biaya pendidikan yang kurang mewadai, sehingga menyebabkan pendidikan di Indonesia ketinggalan dengan dengan Negara lainnya. Disatu sisi seiring dengan memasuki era globalisasi ini tuntutan didunia pendidikan adalah sangatlah berat salah satunya melalui proses pendidikan dituntut untuk bisa  mengembangkan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa agar bisa menjadi wahana untuk mengembangkan seperti amanah yang telah dicantumkan dalam Undang- Undang SISDIKNAS. Tetapi disisi lainnya kondisi peserta didik diluar lingkungan sekolah telah terjadi krisis moral dan spiritualitas akibat pengaruh media massa maupun budaya asing yang masuk didindonesia yang sebenarnya merusak moral maupun akhlak para generasi bangsa, sehingga berdampak negatif bagi para pelajar yaitu adanya pergaulan bebas,VCD Porno, perjudian, perzinaan, dan narkoba. Padahal dalam UU SISDIKNAS itu jelas bahwa pendidikan itu menuntut para peserta didik agar memiliki kecerdasan secara kognitif, psikomotorik, afektif maupun spiritual yang terintegrasi dalam bentuk penilaiaan sehari-hari. Ini merupakan tantangan berat yang harus didhadapi oleh pendidikan nasional.

Melihat kondisi diatas peran guru sebagai pembimbing sangatlah diharapkan dalam rangka menyelematkan masa depan para generasi muda yang akan datang, yang tidak hanya sebatas menyampaikan materi dari bidang studi yang dia ampu saja, akan tetapi mampu membentuk, membimbing dan mengarahkan para peserta didik agar memiliki karakter dan kepribadian yang mulia,kreatif, terampil, mandiri serta menjadi warga negara yang bertanggung jawab, selain itu guru juga dituntut bisa memecahkan permasalahan maupun kesulitan peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar sehari-hari.

Guru pembimbing yang demikianlah yang menjadi harapan masyarakat untuk mendidik anaknya dan membantu menghantarkan mereka kejenjang sukses baik didunia lokan maupun global dan guru pembimbing yang demikianlah yang mampu melakukan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, sehingga mampu menyiapkan peserta didik untuk bersaing memasuki era globalisasi ini.

 B. Rumusan Masalah

  1. Apa saja peran dan tugas Guru secara Umum ?
  2. Apa saja peran, tugas, dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing ?
  3. Apa saja Tips-Tips menjadi guru yang baik yang harus disiapkan oleh guru dalam rangka menjalankan peran guru sebagai pembimbing ?
  4. Apa saja sosok yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai pembimbing ?
  5. Apa saja Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai Pembimbing agar mampu melaksanakan proses pendidikan sebagimana tertera   Dalam UU SISDIKNAS ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

  1. Memenuhi tugas individu dari dosen untuk matakuliah profesi kependidikan
  2. Menjelaskan tentang peran dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing dalam proses pendidikan
  3. Memberikan ragam bacaan yang bermanfaat bagi pembaca

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran dan Tugas Guru dalam Menciptakan kehidupan disekolah

            Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran disekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah atau Makhluk sosial, yang dalam tumbuh kembangnya membutuhkan bantuan orang lain sejak lahir sampai meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang itu saling membutuhkan, demikian halnya peserta didik juga membutuhkan kehadiran seorang guru yang bisa menemaninya dalam proses pembelajarann yang aktif dan menyenangkan dalam rangka memotifasi para peserta didik agar mampu mengembangkan minat, bakat, kemampuan dan potensi dalam diri peserta didik. peran guru juga sangatlah diperlukan untuk menciptakan suasana kehidupan sekolah yang harmonis melalui proses pembelajaran yang aktif, komunikatif dan menyenangkan untuk mewujudkan hal tersebut maka guru harus kreatif, propesional, dan menyenangkan dalam mendesain metode penyampaian materi yang bisa mengaktifkan para peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal, sehingga guru harus bisa memposisikan dirinya sebagai berikut :

  1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya
  2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik
  3. Fasilitator yang selalu siap memberikan layanan peserta didik sesuai bakat dan minatnya
  4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk bisa mengetrahui permasalahan dan mencari solusi, hal ini lebih ditekankan pada peran guru sebagai pembimbing.
  5. memupuk rasa percaya diri, berani dan tanggung jawab
  6. mengembangkan kreatifitas dan keterampilan
  7. membiasakan para peserta didik untuk bisa saling bersilaturrahmi dalam rangka team work building yang solid dalam pembelajaran yang aktif.

Jadi dalam rangka Menciptakan kehidupan sekolah  peran guru secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu :

  1. Peran guru dalam proses belajar mengajar yang paling dominan antara lain : Guru sebagai demonstrator, Guru sebagai pengelola kelas, Guru sebagai mediator, fasilitator,Gurusebagai evaluator ,Korektor ,Inspirator ,Organisator, Motivator, Inisiator, Pembimbing dan Supervisor
  2. Peran Guru Secara Pribadi antara lain : Petugas social, Pelajar dan ilmuwan, Orang tua, Pencari teladan, Dan Pemberi keamanan.

B. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini perjalanan tidak hanya menyangkut –fisik tetapi perjalan yang menyangkut mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritualitas yang tinggi. Sebagai pembimbing guru harus merumuskan tujuan yang jelas, menertapkan waktu proses belajar, menetapkan proses belajar yang ditempuh baik didalam ataupun diluar kelas, serta melakukan suatu penilaiaan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan para peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam aspek proses belajar. Sebagai pembimbing guru memiliki berbagai tanggung jawab dalam setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan yakni lebih  menekankan pada tugas guru dalam memberi bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab tidak hanya berkenaan dalam penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai pada siswa. Jadi tugas guru sebagai pembimbing paling dominan dilaksanakan oleh guru BK, karena mereka lebih paham teknis memberikan bimbingan yang baik bagi para peserta didik terutama dalam rangka membentuk kepribadian peserta didik dan membantu menyeleseikan suatu permasalahan yang dihadapinya. Tetapi tidak hanya tugas guru BK saja melainkan tugas semua guru yang mengampu mata pelajaran dalam suatu kelas, sehingga guru harus lebih paham perkembangan para peserta didik terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar.

C.Sosok Guru Sebagai Pembimbing dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan.

Sosiologi pendidikan merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis. Yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Sehingga masalah – masalah pendidikan yang fundamental dapat teratasi dengan pendekatan sosiologi.Salah satu kenyataan bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif dan kerap kali menunjukkan gejala disintegrative atau berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum. Perubahan social yang sangat cepat menimbulkan “cultural lag”(ketinggalan kebudayaan akibat hambatan-hambatan). Dan ini merupakan sumber masalah social dalam masyarakat. Masalah-masalah social juga dialami dunia pendidikan, sehingga lembaga-lembaga pendidikan tidak mampu mengatasinya. Maka para ahli sosiologi diharapkan dapat menyumbangkan pemikiranya untuk ikut memecahkan masalah pendidikan yang fundamental. Disisi lain guru juga harus berkelakukan menurut harapan masyarakatnya. Dari guru, sebagai pembimbing  diharapkan mempunyai  tingkah laku yang baik dan  bermoral tinggi demi masa depan bangsa dan Negara dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai pembimbing yakni membantu memecahkan permasalahan peserta didik .

Kepribadian guru sebagai pembimbing  dapat mempengaruhi suasana kelas/sekolah baik kebebasan yang dinikmati anak dalam mengeluarkan buah pikiran, dan mengembangkan kreatifitasnya ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dalam pengembangan pribadinya. Perlu diketahui juga bahwa siswa dalam perkembanganya dipengaruhi oleh orang tua/wali (pendidikan informal), guru-guru (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal). Keberhasilan pendidikan disekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan juga oleh interaksi siswa dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi yang dihadapi di dalam maupun diluar sekolah.siswa berbeda-beda dalam bakat atau pembawaanya, terutama karena pengaruh lingkungan social yang berlainan. Pendidikan itu sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi social. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru berusaha menganilisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan manusia dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

D. Langkah-Langkah dan Tips-Tips Menjadi seorang guru pembimbing yang profeional

Untuk menjadi seorang guru pembimbing yang profesional maka diperlukan    tips – tips dan langkah-langkah yang harus dijalankan oleh guru pembimbing dalam rangka membentuk kepribadian peserta didik melalui proses pendidikan, antara lain sebagai berikut :

A. Langkah –Langkah yang harus dilaksanakan biar menjadi seorang guru sebagai pembimbing yang profesional, antara lain :

  1. Guru harus merencanakan tujuan proses pembelajaran dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai .
  2. Guru juga harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan  mengusahakan agar imajinasi anak didiknya turut aktif dalam proses belajar mengajar
  3. Guru harus memaknai kegiatan belajar
  4. Sebagai pembimbing, guru juga harus menyadari bahwa dia bertanggung jawab untuk membuat penilaian (evaluasi) terhadap proses belajar mengajar yang telah dilaksanakannya, karena Hal ini perlu dan sangat berarti, baik bagi siswa maupun bagi guru itu sendiri

B. Tips- Tips Menjadi seorang guru pembimbing yang profeional, antara lain :

  1. Mengembangkan Kepribadian
  2. Menguasai landasan pendidikan
  3. Menguasai bahan bimbingan
  4. Menilai hasil dan Proses Belajar mengajar yang telah dilaksanakan
  5. Menyelenggarakan Program bimbingan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dan kesulitan

E. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai pembimbing.

Dalam Surat Keputusan Mendiknas No.045/UU/002 tentang Pelaksanaan Pendidikan Tinggi Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Kompetensi menuntut adanya kecerdasan yang bertanggungjawab serta adanya pengakuan dari masyarakat. Guru pembimbing memiliki standard kualifikasi tertentu, sehingga memenuhi standard kompetensi sebagai Guru pembimbing atau konselor. Kompetensi tersebut membentuk guru pembimbing menjadi efektif, kredibel dan legitimed. Sesuai Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2008), kompetensi guru pembimbing tersebut adalah:

1).  Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

  1. Menghargai dan menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, kebebasan memilih dan mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks kemaslahatan umum
  2. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli

2) Mengusai landasan teoritik bimbingan dan konseling

  1.  Menguasai teori dan praktis pendidikan
  2.  Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenjang dan jenis satuan pendidikan
  3. Menguasai konsep dan praktis penelitian dan bimbingan dan konseling
  4. Menguasai kerangka teoritik dan praktis bimbingan dan konseling

3) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan

  1. Merancang program bimbingan dan konseling
  2. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
  3. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
  4. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli

4) Mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan

  1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
  2. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
  3. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
  4. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja
  5. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
  6. Mengimplemtasikan kolaborasi antar profesi

Dengan demikian, profesi guru pembimbing menuntut kepemilikan penguasaan kemampuan memahami secara detail pribadi konseli, sehingga mampu menumbuhkan nilai kemanusiaan dan rasa percaya diri yang mapan dalam diri konseli. Kompetensi pertama adalah seorang guru pembimbing harus mampu memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani, yang dengan kemampuan ini maka guru pembimbing dapat memberikan rasa harga diri dalam diri konseli, dengan menjunjung nilai kemanusiaan dan individualitas yang total. Pada saat yang sama guru pembimbing harus mampu juga membuka lebar-lebar pintu kebebasan memilih dan menentukan pilihan sendiri yang sesuai dengan kehendak dan kemauan konseli, dengan tetap mengedepankan kemaslahatan dan kebaikan konseli dalam konteks kemaslahatan umum. Dengan koridor tersebut, guru pembimbing juga selalu memperhatikan dan mengevaluasi perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli. Seorang guru pembimbing dituntut menguasai landasan teori dan praktik semua kegiatan dan proses bimbingan dan konseling. Tidak hanya bisa menghafalkan berbagai macam teori yang sangat banyak, tetapi dituntut juga mampu mengaplikasikan berbagai teori tersebut dalam pengalaman nyata konseli. Tidak cukup dengan adanya penguasaan teori dan praktis pendidikan dan prosedur pelayanan konseling, guru pembimbing harus mampu menjadi seorang peneliti unggul, sehingga mampu mengembangkan dan merumuskan berbagai hasil penelitiannya untuk memajukan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.        Selain itu, guru pembimbing juga harus mampu menyusun rancangan dan konsep pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berdasarkan pada analisa yang komprehensif, serta mampu membuat penilaian yang sistematis, sehingga berkompeten memberikan peta konsep dan perkiraan permasalahan dan penyelesaian masalah konseli secara ilmiah dan bisa dipertanggungjawab. Di samping ketiga kompetensi di atas, satu kompetensi yang juga wajib dimiliki seorang guru pembimbing profesional, yaitu memiliki semangat meyakini Tuhan Yang Maha Esa, dengan performa kepribadian yang stabil dan kuat, yang memiliki kesadaran dan mematuhi kode etik professional sebagai guru pembimbing. Kemudian setelah semua mencukupi, guru pembimbing juga diharuskan aktif berkomunikasi dengan sesama guru dalam lembaga pendidikannya serta aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang bermanfaat untuk orang banyak, lewat keterlibatannya dalam organisasi-organisasi profesi.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Peran guru sebagai pembimbing sangatlah berperan dalam proses belajar mengajar tidak hanya bertugas memberi bimbingan kepada para peserta didik  secara fisik saja tetapi  juga yang menyangkut mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritualitas yang tinggi dalam rangka membentuk kepribadian peserta didik dan memecahkan persoalan atau kesulitan para peserta didik dalam memahami ilmu yang disampaikan, jadi tugas ini paling dominan adalah pada guru bimbingan konseling, tetapi tidak hanya guru BK saja yang bertugas memberikan bimbingan kepada peserta didik melainkan semua guru mata pelajaran juga harus bisa memberikan bimbingan kepada peserta didik agar mampu mengembangkan minat,bakat dan potensi sesuai dengan tingkat kemampuan para pseserta didik. Oleh sebab dalam rangka menjalankan perannya sebagai guru pembimbing yang professional maka para guru harus mempersiapkan langkah- langkah sebagai berikut : Guru harus merencanakan tujuan proses pembelajaran , Guru juga harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran Guru, Guru Harus memaknai kegiatan belajar , dan Sebagai pembimbing, harus bertanggung jawab untuk membuat penilaian (evaluasi) terhadap proses belajar mengajar yang telah dilaksanakannya,

B. Kritik Dan Saran

Menurut pendapat kami, bahwa Peran guru sebagai pembimbing yang baik harus mengetahui masing-masing kepribadian anak didiknya (anak yang dibimbing). karena setiap anak mempunyai karakter sendiri-sendiri, jadi cara atau metode yang digunakan dalam menghadapi anak didik tersebut jelas harus disesuaikan dengan kepribadian anak didik tersebut. karena kalau salah metode, biasanya masalah tidak akan selesai atau malah bisa menjadi masalah yang baru. cara yang paling efektif untuk mangetahui masing-masing karakter anak adalah dengan melakukan pendekatan langsung, dan bahakan direkomendasikan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan anak tersebut hingga diluar sekolah. bisa dilihat keluarganya, lingkungan tempat tinggalnya, atau bahkan hingga tempat dia main, les atau melakukan kegiatan-kegiatan lainya.

DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2009. UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008  Tentang Guru dan Dosen. Bandung : Citra Umbara.

Susilo, M.J., 2009. Menjadi Guru Profesional Siapa Takut. Yogyakarta: Lentera Pustaka.

Mulyasa, E., 2005.  Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.