Dari ‘Atha’ bin Abu Rabah, katanya: “Ibnu Abbas ra. mengatakan padaku:
“Maukah kamu aku tunjukkan seorang wanita penduduk surga?”
Saya berkata: “Tentu.”
Ia berkata lagi: “Wanita hitam itu pernah datang kepada Nabi saw. lalu berkata: “Sesungguhnya saya ini terserang oleh penyakit ayan dan saya khawatir auratku terbuka saat aku tak sadar. Oleh karenanya haraplah Tuan mendoakan untuk saya kepada Allah (agar saya sembuh).”
Beliau saw. bersabda: “Jika kamu mau, bersabarlah, dan kamu akan mendapatkan surga. Tetapi jikalau engkau mau, akau akan berdoa kepada Allah agar kamu disembuhkan”.
“Wanita itu lalu berkata: “Saya akan bersabar,” lalu katanya pula: “Sesungguhnya karena penyakit itu, saya membuka aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah Tuan mendoakan saja untuk saya kepada Allah agar saya tidak sampai membuka aurat tubuh itu.” Nabi saw. lalu mendoakan untuknya (sebagaimana yang dikehendakinya itu).” (Muttafaq ‘alaih)
Saya dapatkan hadits ini dari salah satu kitab Riyadhus Shalihin karangan Imam Nawawi pada BAB Sabar no 35. Banyak sekali hikmah yang dapt kita ambil pada hadits ini diantaranya:
- Pahala bagi orang yang sabar adalah surga tempatnya. Seperti pada hadits diatas bahwa Rasulullah menjelaskan apabila bersabar atas ujian yang Allah berikan berupa sakit maka akan mendapatkan surga. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu” (Muhammad: 31).
 
- Kemuliaan seseorang itu tidak terletak pada fisik, seperti pada kisah wanita hitam diatas, dan Allah tidak membedakan bentuk rupa seseorang. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan melihat pada tubuh dan rupamu, tetapi Ia akan melihat kpda hatimu & amalmu (perbuatanmu) .” (HR. Muslim). Kisah wanita hitam ini mengingatkan kita kepada kisah dari Bilal bin Rabah yang juga mempunyai bentuk fisik yang hitam, beliau dijamin Rasulullah masuk dalam surga karena mempu menjaga wudlunya dan shalat sunnah wudlunya.
 
- Lebih memilih mengutamakan kewajiban daripada mengambil rukhshah (keringanan). Dalam kisah diatas wanita tersebut sebenarnya mempu mendapatkan hijabah doa dari Rasul, akan tetapi dia lebih memilih didoakan agar auratnya tidak terlihat orang.
 
- Pada saat seseorang yang tidak sadar saja masih malu bila auratnya terbuka, harusnya yang sadar itu justru lebih malu. Berbeda dengan keadaan zaman sekarang, banyak wanita yang sadar bila itu aurat tetapi justru malah diumbar-umbar.
 
- Boleh bertawashul dengan meminta doa kepada orang-orang sholih yang masih hidup (bukan kepada orang yang sudah mati), atau bertawashul dengan amal-amal kebaikan seperti pada postingan sebelumnya tentang Kisah tiga orang terkurung dalam gua.
 



Pemuda-pemudi sekarang bisa dibilang sudah mempunyai zaman yang berbeda dengan pemuda-pemudi zaman dahulu (termasuk admin yang juga masih muda,,he), yang dimasud adalah pemikiran mereka, ya bisa dibilang sudah modern. Pergaulan dengan lawan jenis pun seperti tak ada batas sama sekali, gaya pergaulan mereka yang begitu fulgar di depan umum yang seolah-olah ingin membuat iri kepada setiap orang yang malihatnya. Ini tak ubahnya karena pengaruh globalisasi yang sangat begitu cepat berkembang, termasuk yang berperan penting adalah perkembangan teknologi. Kita tau sendiri, dizaman sekarang pemuda mana yang tidak mempunyai ponsel?, bahkan ponsel sudah merupakan salah satu kebutuhan primer, apalagi di lingkup dunia mahasiswa. Tak hanya itu perkembangan teknologi yang lain juga sangat berpengaruh penting, seperti internet yang setiap saat orang bisa akses semua jejaring dengan mudah dan murah. Film juga sangat berpengaruh besar dalam perubahan kepribadian seseorang, dari gaya berpakaian, rambut, tingkahlaku bahakan pergaulan-pergaulan lainya.
Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah rodhiallohu ‘anhu, aku berkata: wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang lain selain engkau, (maka) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ucapkanlah: “aku beriman kepada Allah”, kemudian beristiqomahlah dalam ucapan itu” (HR. Muslim, no. hadits: 38)